Awal Mula Pengabdianku di Universitas Trunojoyo Madura

 

Seminggu setelah aku resmi diwisuda, sebuah lowongan pekerjaan menjadi dosen kontrak langsung tersebar di berbagai grup, salah satunya grup dosen Indonesia. Di situ, ada formasi dosen PG-PAUD dan yang dibutuhkan adalah 1 orang dengan background S1-S2 PAUD, dan 1 orang dengan background S1-S2 Musik. Tanpa berpikir panjang, aku pun mengirimkan berkas untuk seleksi administrasi, di antaranya: ijazah S1, transkrip S1, ijazah S2, transkrip S2, serta Daftar Riwayat Hidup.

Tanggal 25 Agustus menjadi deadline terakhir pengiriman berkas dan pada surat edaran disebutkan akan dilaksanakan tes wawancara pada tanggal 27 Agustus hari Selasa. Sampai dengan Senin siang, tidak ada tanda-tanda siapa saja yang lolos wawancara dan kepastian kapan akan dilaksanakan wawancara. Hatiku sendiri mulai kalut, akankah aku nekat berangkat kesana meskipun belum tahu kapan jadwal wawancara itu dan mengingat jarak Jogja dengan Madura terpaut cukup jauh. Selain itu, hati kecilku juga belum siap untuk merantau jauh dari keluarga. Di sisi lain, ini kesempatanku yang tidak boleh di sia-siakan. Pengalaman pertamaku mendaftar dosen.

Setelah melalui pemikiran yang lama. Aku pun akhirnya memutuskan untuk berangkat ditemani oleh pacarku. Kami tidak punya tiket kereta, kami hanya bermodalkan keyakinan bisa beli tiket kereta di stasiun langsung. Okelah, siang ini kami siap dengan bawaan yang sangat sedikit, kami menuju ke Pusat Kota Jogja. Sebelum ke stasiun, aku terlebih dulu ke kampus untuk mengambil fotokopi ijazah dan transkrip yang sudah dilegalisir. Ngambil fotokopian ini juga dilalui dengan drama, dimana loket akademik baru buka jam 14 dan antrinya masyaallah panjang banget.

Setelah sabar sambil mangkel  dalam hati, akhirnya pukul 15.00 berkas sudah di tangan, dan kami menuju stasiun Tugu. Sesampai di sana, tiket ekonomi sudah habis, tinggal eksekutif sancaka dengan harga 210.000 (wow banget kan). Ya, mau gimana lagi, terpaksa kita beli itu dua tiket dan kami dapat jadwal berangkat pukul 16: 55. Tepat pukul 16: 55, kereta pun datang dan kami langsung masuk ke gerbong eksekutif. Di situ kami langsung mencari nomor kursi dan menempatkan diri. Bedanya kelas eksekutif dan ekonomi adalah kalau di eksekutif kita disediakan bantal kecil dan sandaran kaki, jadi lumayan tidak terlalu capek perjalanan kali ini. Di tengah perjalanan, aku mengecek website UTM dan di sana tertulis bahwa wawancara diundur (entah sampai kapan). Disitu aku merasa kacau. Kita sampai di Gubeng pukul 22: 30 dan kami putuskan untuk bermalam di Stasiun.

Keesokan harinya, kami memutuskan untuk tetap ke UTM untuk mencari kepastian kapan wawancara akan dilaksanakan. Dengan menyewa go-car, kami menuju ke Pelabuhan Perak untuk menyeberang ke Madura. Tiket naik kapal fery adalah 5000 saja dan memerlukan waktu sekitar 20 menit untuk sampai ke Madura. Sesampai di Madura, kami kemudian naik angkot dengan membayar 10 ribu per orang dan turun di pertigaan UTM. Jarak pertigaan sampai UTM adalah sekitar 1,3 km dan lumayan jauh kami berjalan menuju ke sana karena tidak menemukan moda transportasi.

Sesampainya di rektorat, kami kemudian ke bagian kepegawaian untuk menanyakan kepastian jadwal wawancara. Dan lagi-lagi pihak kampus tidak tahu kapan akan dilaksanakan wawancara karena pendaftar yang mengirimkan berkas lumayan banyak. Dan yang kuingat waktu itu adalah bahwa salah satu bapak pegawai kepegawaian menyarankan untuk aku pulang dulu ke jogja karena belum pasti kapan wawancaranya dan saat itu pula aku memutuskan untuk kembali ke Jogja. Kami jalan lagi mencari angkutan umum menuju pelabuhan Kamal, dan di jalan kami bertemu bapak-bapak baik yang memberikan tumpangan sampai ke pertigaan tempat berkumpulnya angkot-angkot. Lalu kami naik angkot menuju Kamal dan langsung naik kapal fery lagi.

Turun dari kapal, kita bingung mau naik apa kalau ke terminal, karena kita tidak mungkin naik kereta api dengan kondisi mendadak seperti ini, jadi kami memutuskan untuk naik bus ke Jogja. Kami naik angkot menuju ke terminal Bungurasih. Di dalam angkot, kami ngobrol-ngobrol dengan ibu-ibu dari madura yang mau ke gersik. Dan kita menyadari kita salah naik angkot, harusnya naik DAMRI kalau mau ke terminal Bungurasih. Ya sudah kemudian kita turun di tempat yang diarahkan ibu-ibu setelah membayar 5.000 dan melanjutkan dengan bus kota. Kita langsung naik bus kota menuju terminal Bungurasih yang ada di Sidoarjo. Perjalanan lumayan memakan waktu sekitar sejam dengan ongkos 6.000 per orang. Sesampai di terminal, kami kemudian mencari bus patas jurusan Jogja, dan kita ketemu bus Eka.

Dua tiket bus Eka ditebus dengan harga 206.000 dan kita sudah berada di dalam bus. Menurut bapak kondektur, kita nanti sudah dapat fasilitas makan satu kali di RM di Ngawi. Busnya nyaman dan AC nya lumayan dingin. Selama perjalanan karena efek minum antimo, aku hanya tidur saja. Tiba-tiba ada nomor baru masuk memanggil di hp-ku. Pertama aku tolak, karena aku kadang ilfeel sama nomor baru masuk langsung telpon begitu. Kemudian untuk memastikan apa itu penting dan tidak, aku lalu mengirim pesan ke nomor tersebut. Dan ternyata nomor itu adalah nomor dari kepegawaian UTM. Beliau menyampaikan bahwa tes wawancara akan dilaksanakan pada hari Kamis pagi, dan sekarang hari Selasa sore, aku sampai di Kediri mau ke Jogja, dan what??? Aku harus balik Madura hari Rabu berarti. Dan ketika itu, aku langsung menelpon orangtua ku untuk memastikan apakah aku harus lanjut memperjuangkan UTM atau pulang saja. Mereka lebih membebaskan aku, sehingga ya sudah, sudah capek sampai sana, aku putuskan untuk lanjut dan langsung booking tiket kereta jayakarta premium dengan jadwal keberangkatan Rabu Malam pukul 22:00 WIB dari stasiun Tugu. Karena aku terjebak di bus, maka masalah pembayaran ke traveloka dibantu oleh saudaraku. Proses transfer selesai dan tiket sudah di tangan.

Pukul 22:00 kami tiba di Flyover Janti dan langsung memesan go-car untuk mengambil motor di Stasiun Tugu. Kemudian kami pulang ke rumah masing-masing.

…………………………………………….

Rabu malam, pukul 22.00 WIB, dengan kereta Jayakarta Premium, perjalanan ke surabaya sendiri pun dimulai. Kali ini aku hanya membawa satu koper (berisi baju putih, celana hitam, batik) dan ransel berisi laptop. Jadwal tiba kereta ini yaitu pukul 04.00 dini hari di stasiun Gubeng. Rencananya, esok hari aku akan mengikuti tes wawancara, maka malam ini yang kulakukan hanya tidur di sepanjang perjalanan. Slide materi dan persiapan pun aku kira hanya seadanya, berbekal tanya senior dan menampilkan apa yang aku kuasai, begitu pikirku.

Pukul 04.00 WIB, tibalah aku di stasiun Gubeng. Aku kemudian istirahat sebentar dan kemudian pukul 05.00 WIB aku memesan go-car untuk mengantarkanku ke Perabuhan Perak. Sesampai di Perak, sekitar pukul 05.30 WIB, sedikit menunggu, kemudian datanglah kapal fery. Perjalanan menggunakan kapal fery kira-kira memakan waktu 30 menit.

Sesampainya di Pelabuhan Kamal, aku dijemput oleh salah satu teman mahasiswa FKIS UTM. Darimana aku mengenal dia? Ceritanya, dulu ketika di pasca UNY aku ikut organisasi KMP. Nah kakak kelasku yg seorganisasi kebetulan berasal dari Madura, tapi Pamekasan. Nah melalui mbak Kutsiyah, dia biasa dipanggil, dia mencarikan kenalan mahasiswa UTM yang mau menjemput dan mengikhlaskan kosnya untuk aku tempati. Mungkin jika tdk bertemu mereka, aku juga bingung menginap dimana karena aku sudah searcing di traveloka, tidak ada penginapan/hotel/kos harian di sekitar kampus UTM.

Sesampai di kos Layyinah (teman mbak Kuts), aku kemudian membersihkan diri, sarapan, dan siap-siap untuk ke kampus. Aku diantar juga oleh mereka ke kampus. Subhanallah, aku dipertemukan dengan orang baik (meskipun baru kenal). Wawancara rencananya akan dimulai pukul 09.00 di Gedung rektorat UTM.

Setelah sampai di Gedung, aku kemudian menuju ke lt.4, mengisi presensi dan mendengarkan pengarahan terkait dengan teknis wawancara yang dilakukan tiap prodi. Ketika itu aku mendapat giliran nomor 2 (agak lupa). Teman-teman yang ikut wawancara/hadir sekitar 10 orang untuk prodi PAUD, dan nantinya hanya akan diambil 2 (1 dari background PAUD, dan 1 dari seni). Pikiranku ketika itu hanya ingin mencari pengalaman, karena sebelumnya aku benar-benar belum pernah mengikuti seleksi dosen.

Sambil menunggu giliran, kami sesama peserta juga ngobrol-ngobrol. Ada yang alumni UM, UNESA, UNJ, dan aku sepertinya yang paling jauh sendiri, haha. Oke, tiba giliranku untuk masuk. Tanganku ketika itu dingin, hati deg-degan, dan aku memulai dengan menyalami pewawancara yang terdiri dari dua orang, beliau adalah Pak Dekan FIP dan Pak Wakil Rektor 1.

Pertama-tama, aku diminta untuk mikro teaching memaparkan slide, sebelum memaparkan slide, terlebih dulu aku memberikan RPS dan RPP kepada beliau-beliau. Aku ajak beliau menyanyi/ice breaking (lagu naik delman, kalau gak salah) dan beliau-beliau mengikuti, disini aku sebenarnya menahan ketawa sih. Setelah itu aku mulai memaparkan materi (sebisaku aja). Dan biasa, belum sampai selesai udah di cut. Paling baru dapat 3 slide doang.haha.

Kemudian sesi wawancara, nah disini aku mulai grogi. Pak deni (WR 1) menanyakan kepadaku apa aku pernah ada pengalaman dosen/perdosenan? Aku jawab belum, wisuda aja baru kemarin pak. Ini pengalaman pertama saya. Terus ditanya motivasi jadi dosen apa, pantes gak kalau jadi dosen. Pantes gak pantes ini yang agak susah saya jawab sampai pak deni mencontohkan bahwa beliau sering dinilai mahasiswanya sebagai penyanyi daripada dosen. Kemudian tanya-tanya soal prestasi, pengalaman beasiswa (bidikmisi dan LPDP). Beliau sempat gak percaya kalau saya alumni bidikmisi. Sampai bilang, “bidikmisi kok penampilan seperti ini?” Saya jawab aja, kan menjadi dosen harus rapi pak, nah ini saya usahakan seperti saat ini.

Kemudian giliran Pak Dekan FIP (pak sulaiman) yang menginformasikan kalau gaji dosen kontrak UTM tuh gak banyak, tapi cukup buat kos dan hidup. Ya saya jawab aja gapapa pak saya coba, karena ya dulu sempat mengalami juga sih, memanage uang beasiswa. Beliau juga menanyakan apakah benar aku orangnya “to do list” banget? Ya aku jawab iya, untuk jangka pendek maupun panjang aku selalu punya target, dan beliau nanya apa ditulis? Ya ditulis pak, tapi di rumah, di kamar saya di Jogja.. dan beliau masih mengejar lagi, apa ada fotonya? Ada pak, untung saya pernah moto iseng-iseng.

Wawancara kemudian berakhir dalam waktu 15 menit saja. Padahal teman lain sebelum dan sesudahku cukup lama wawancaranya. Wawancara selesai, aku kemudian dijemput lagi oleh teman Lay ke kosnya.

Dua hari kemudian aku masih nginep di Kos Lay, karena aku menunggu pengumuman. Aku takut kalau kembali ke Jogja tiba-tiba disuruh ke UTM lagi. Setidaknya setelah ada kepastian pengumuman, aku bisa menentukan langkah selanjutnya, yaitu pulang atau mencari kos di sini.

——to be continued——

 

Makna PAUD Inklusi, Sekolah yang Ramah untuk SEMUA

Kamis, 16 Agustus 2018 menjadi momen penting bagi ECCD-RC Yogyakarta karena pada hari itu diadakan peringatan HUT ECCD-RC dan Rumah Citta, Hari Anak Nasional, dan HUT RI. Perayaan tersebut bukan sebatas ceremonial saja melainkan terdapat beberapa acara yang syarat akan makna, yaitu kegiatan bermain bersama dengan tema “AKU ANAK INDONESIA, AKU PASTI BISA” serta kegiatan talkshow bagi mahasiswa dengan tema “Pengelolaan PAUD INKLUSI: Sekolah Ramah untuk Semua”.

Menjadi bagian dari Talkshow merupakan pengalaman yang sulit dilupakan. Kenapa? Selain kita bisa memperoleh informasi langsung dari direktur ECCD-RC, kita juga bisa diskusi interaktif, mengemukakan pertanyaan-pertanyaan. Peserta yang semuanya adalah mahasiswa, pada awalnya diberikan waktu untuk observasi kegiatan main anak selama kurang lebih 15 menit. Para mahasiswa terlihat antusias melihat anak-anak bermain. Kemudian, mereka kembali ke ruang talkshow untuk melanjutkan ke sesi diskusi.

Diskusi dipandu oleh Kak Cindar yang merupakan salah satu orangtua/wali di RC sekaligus praktisi di bidang Special Education. Kak Cindar memulai diskusi dengan menggali kesan pesan dan pertanyaan dari mahasiswa setelah melakukan observasi singkat. Menarik, salah satu mahasiswa memberikan komentar bahwa, “RC adalah mi godhog”. Why? Karena di sana ada beragam seperti mi godhog. Setelah itu, moderator kemudian mencoba memetakan pertanyaan-pertanyaan kepada narasumber. Berikut rangkuman isi dari talkshow:

Sejak dahulu isu keberagaman sudah kita sadari. Indonesia berasal dari beragam suku, etnik, warna kulit, agama, ras, dll. Akan tetapi sikap dan perilaku manusia masih belum sesuai harapan, di mana masih banyak diskriminasi dan membeda-medakan gender. Hal itu menjadi dasar kemudian muncul pemikiran bahwa sebaiknya harus ada sebuah tempat untuk menanamkan nilai multikultural sejak dini. Pendidikan inklusi menjadi jawaban atas problema tersebut. Pendidikan inklusi kemudian tidak sebatas anak ABK dan non ABK, tetapi lebih dari itu, pendidikan inklusi memfasilitasi semua anak dengan keunikan dan perbedaannya.

Dalam konteks anak-anak, anak sudah mengetahui dan menyadari perbedaan mereka secara fisik, baik rambut, kulit, mata, hidung, dan lain-lain. Oleh sebab itu penting diajarkan perbedaan sejak dini, dan salah satunya melalui lembaga PAUD. Pemerintah sendiri telah menggaungkan pendidikan untuk semua. Artinya bahwa pendidikan harus ramah untuk semua anak. Anak dapat bermain, bertumbuh, serta bersosialisasi dengan temannya tanpa dibatasi oleh benteng perbedaan.Perbedaan di ECCD-RC juga terlihat dari pakaian yang dipakai anak setiap harinya. Tidak ada seragam di sana. Anak bebas menggunakan pakaian yang disukainya. Anak merdeka dengan keinginannya, dan anak memiliki otonomi sendiri.

Telah kita ketahui bersama anak ketika lahir (bahkan kembar sekalipun) mereka pasti khas dan berbeda bahkan dari sisi kemampuan/keterampilan dalam merespon atau menanggapi perbedaan di sekitarnya. Untuk memfasilitasi beragam kebutuhan anak, RC memegang beberapa nilai antara lain: berpihak pada anak (tema, penyusunan kesepakatan, lingkungan main, dst), adil gender, menghargai keberagaman, ramah lingkungan (memanfaatkan barang bekas sebagai media pembelajaran, serta menghargai kearifan lokal. Paradigma terdahulu bahwa anak ABK itu bisa disembuhkan, tetapi itu justru menjadi hambatan bagi si anak. Sehingga RC memiliki prinsip dengan mengubah wadah/tempat anak itu tumbuh. Contoh lain adalah: Kalau saya miskin, saya tidak bisa masuk RC (artinya: saya harus kaya supaya bisa masuk RC), nah ini yang salah kaprah. Semua anak dengan kondisi sosial ekonomi apapun akan diterima di RC selama kuota masih mencukupi. Ada beasiswa untuk anak kurang mampu. Begitu pula dengan aspek agama, semua agama dan keyakinan diterima di RC, bahkan anak yang belum memutuskan memilih agama pun, tetap akan diterima selama kuota mencukupi. RC juga akan menerima anak dengan latar belakang keluarga yang berbeda-beda (single parents, extended family, etc).

Pendidik yang disebut edu akan memperlakukan secara adil dan sama baik anak ABK dan non ABK, karena mereka menyadari bahwa kita berbeda tetapi tidak perlu untuk dibeda-bedakan. Semua anak berbeda dan memiliki kebutuhan masing-masing. Akan tetapi RC tetap saja sekolah yang masih terus belajar dimana banyak tantangan dan kesulitan yang mereka hadapi. Kesulitan tersebut antara lain: (1) ketika harus menolak anak ABK karena keterbatasan kuota, (2) menyiapkan kelas yang mewadahi semua kebutuhan anak, (3) menghadirkan pendamping/edu yang sesuai dengan rasio antara pendidik dan anak, serta (4) SDM (edu) harus berpikir kreatif dalam memfasilitasi kebutuhan anak melalui tema (kendaraan mencapai tujuan pembelajaran).

Nilai-nilai yang dipegang teguh oleh RC tentunya akan ada karena modelling dari orang dewasa di RC. Apabila ada ketidakcocokan nilai-nilai yang dipegang RC dengan nilai yang ada di keluarga maka RC akan menyampaikannya di awal kepada orangtua sehingga harapannya orangtua akan memahami. Misalnya: bahwa RC memang tidak menyediakan kursi sebanyak anak juga membebaska n anak dalam berpakaian.

Orangtua juga selalu diajak berkomunikasi oleh pihak sekolah. Tidak hanya di awal ketika mendaftar, melainkan setiap selesai kegiatan/sepulang sekolah, setiap edu akan mengkomunikasikan perkembangan dan pencapaian anak ke orangtuanya. Hal ini bertujuan agar apa yang anak lakukan di rumah bisa dipahami oleh guru dan apa yang anak lakukan di sekolah bisa dipahami oleh orangtua. Orangtua juga dilibatkan menjadi resource person, bisa mengisi parenting atau menjadi fasilitator/moderator.

Kurikulum yang digunakan RC adalah khas yaitu Kurikulum Rumah Citta. Ketika anak masuk di RC, 3 bulan pertama mereka masuk tahap observasi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui letak kemampuan anak. Setelah tahu, maka edu akan menggunakan patokan indikator dan dengan kendaraan tema, edu akan menstimulasi sesuai indikator yang akan dikembangkan. Adapun setiap kegiatan yang dilakukan harus ada tujuan dan harus mempertimbangkan kebutuhan setiap anak. Meskipun usia kronologis dua anak sama, tetapi bisa jadi kemampuan motorik keduanya berbeda, begitu pula bahasa, kognisi, dan sosemnya. RC sendiri mengelompokkan aspek perkembangan anak menjadi 4 ranah, yaitu bahasa, kognisi, sosem, dan motorik. Dua aspek lain, yaitu seni dan agama sebenarnya sudah dikembangkan dan terintegrasi dengan kegiatan yang ada di RC. Nilai agama yang diajarkan berhubungan dengan nilai agama yang universal (misalnya: menyayangi ciptaan Tuhan) bukan menghafal doa.

Edu akan membuat administrasi layaknya sekolah lain. Mereka akan membuat program setiap dua minggu, sedangkan untuk shadow teacher, mereka akan membuat RPI (Rencana Pembelajaran Individual). Kurikulum Rumah Citta akan direview dan diperbaiki setiap tahunnya agar relevan dan sesuai dengan visi dan misi RC.

RC tetap memberikan alokasi dana untuk membeli mainan dan pelaksanaan proyek kelas. Akan tetapi, sebisa mungkin dalam pembuatan mainan maupun proyek, menggunakan bahan-bahan limbah/bekas. Meskipun bahan-bahannya tidak sempurna, anak tetap akan senang membuatnya, dan itu tidak masalah, karena mereka punya imajinasi untuk menyempurnakannya.

Meskipun RC memiliki kurikulum khas sendiri, mereka tetap berhubungan dan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan. Edu-edunya tetap terlibat di HIMPAUDI serta tetap memperoleh akses DIKLAT. Dinas melihat RC sebagai salah satu tempat belajar tentang inklusi. Sehingga, tidak jaran RC melakukan roadshow (berbagi dan sharing dengan lembaga lain).

Itu tadi ringkasan talkshow terkait dengan implementasi sekolah inklusi di ECCD-RC Yogyakarta. Secara pribadi, aku merasa bahwa sekolah ini sangat ideal dan menjawab permasalahan saat ini tentang pendidikan karakter. Tidak seperti lembaga lain (mungkin) yang mengedepankan pengembangan kognisi anak, di sekolah ini anak tidak hanya berkembang kognisi, bahasa, motoriknya, tetapi lebih dari itu, mereka akan belajar menjadi bagaimana menjadi masyarakat Indonesia yang menghargai perbedaan. Dan akhir kata, jika ada RC-RC yang lain di luar sana, aku yakin Indonesia akan damai dan sejahtera! Salam Merdeka!

Eka Oktavianingsih, M.Pd

DILEMATIS: GAJI GURU PAUD?

Beberapa mahasiswa baru yang menapaki semester pertama kuliah di Jurusan PG-PAUD mungkin merasa bimbang dan merasakan kegalauan. Akan menjadi apakah setelah lulus s1? Apakah menjadi guru bisa mendapat gaji yang besar? Apakah gaji guru PAUD bisa setinggi gaji pekerjaan lain yang lebih menjanjikan?

IMG_0572

Sumber: Dokumentasi Pribadi (TAA dan KB Suryocondro)

Baiklah… Disini saya akan menguraikan analisis saya mengenai persoalan ini.

Pertama, perihal akan menjadi apa setelah lulus s1 PAUD? Iya memang kalau mau linier dengan ijazah kita pastinya kita akan menjadi guru PAUD. Pertanyaannya mau guru PAUD yang seperti apa dulu? Jika kita “terima” dan “cukup” menjadi guru PAUD di pedesaan dengan gaji pas-pasan (ibaratnya) berarti itu sebuah pilihan. Kita tidak bisa menjudge gaji guru PAUD itu rendah, karena di sisi lain banyak PAUD swasta di perkotaan maupun pedesaan pula yang mampu menggaji gurunya sesuai UMR bahkan lebih dari UMR. Kalau kita memilih untuk menjadi guru PAUD di pedesaan dengan gaji cukup (cukup itu relatif), konsekuensinya memang wawasan kita sedikit terbatas karena kebanyakan PAUD di pedesaan (maaf, bukan semuanya ya) pembelajarannya masih konvensional dan jauh dari teori-teori yang sudah kita pelajari di bangku perkuliahan. Tetapi bukan berarti PAUD di pedesaan tidak baik ya.

Baiklah, jika kalian memilih menjadi guru PAUD yang memiliki gaji tinggi berarti kalian harus mampu bersaing. Kebanyakan untuk menjadi guru PAUD swasta yang ada di perkotaan, misalnya: Fastrack, Budi Mulia, dan Al-Azhar, para calon guru harus memiliki kemampuan bahasa Inggris (baik lisan maupun tertulis), komitmen tinggi, dan memiliki inovasi-inovasi dalam pembelajaran. Ya simpelnya, mereka akan membayar mahal guru dengan syarat mereka memang berkompeten dan berkualitas.

Nah dari kedua pilihan tadi, sebenarnya kita bisa memutuskan sendiri kita akan menjadi guru PAUD yang bergaji cukup atau sangat cukup. Artinya, jika kita memilih bergaji sangat cukup, maka tanyakan pada diri kita apakah kualitas kita sudah sebanding dengan gaji yang akan kita peroleh? Jika belum, ya jangan harap mendapat gaji tinggi.

Aku sendiri juga sudah mengalami menjadi guru PAUD. Meskipun secara nominal masih sedikit gajinya, tetapi ketika itu aku merasa cukup-cukup saja. Ketika itu, aku juga nyambi mengajar privat beberapa anak di daerah Kota, sehingga rezekiku tidak hanya melalui PAUD. Ketika aku merasa cukup, aku juga bisa membeli apa yang menjadi kebutuhanku, meskipun harus menabung jika ada ingin membeli barang yang tidak terlalu aku butuhkan.

Kedua, ada beberapa teman yang memang setelah lulus dari jurusan s1 PAUD mereka memilih bekerja bukan menjadi guru. Ada yang jadi pegawai bank, pegawai pos, bahkan wirausahawan. Semua itu pilihan. Mereka memiliki alasan mengapa bekerja di sana, mungkin bisa karena lebih fleksibel, tidak sesuai passion, dan mungkin juga karena gaji.

Pada akhirnya, kesimpulannya adalah masalah bukan berada di jurusan PAUD nya, tetapi sejauhmana kualitas kita dalam mencari benefit materi. Jika kita sudah masuk menjadi mahasiswa PAUD, maka mari berusaha menjadi mahasiswa PAUD yang dengan sepenuh hati mendalami ilmu PAUD. Entah nanti akan menjadi guru yang berkualitas atau akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Siapa yang bersungguh-sungguh, Allah akan memberikan hasil yang sesuai dengan usaha kita. Dan persoalan seberapa besar gaji yang kita peroleh adalah tidak akan menjadi masalah selama kita merasa bahwa itu cukup bagi kita.

 

Komunitas Abhiseva, Bergerak untuk Melindungi Anak dari Ancaman Kekerasan Seksual

DSC_5524

 

Kekerasan yang terjadi pada anak di Indonesia kian hari kian marak. Data yang dilansir oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang dikutip oleh Liputan6.com menyebutkan bahwa angka pelecehan seksual terhadap anak semakin tinggi. Setiap tahun dari 2013 sampai 2014 itu naiknya 100%, baik itu mereka yang jadi korban ataupun menjadi pelaku.

Anak menjadi korban kekerasan seksual dikarenakan anak diidentikkan dengan individu yang lemah dan tidak berdaya. Keselamatan dan keamanan anak berada di tangan orang dewasa di sekitarnya. Hal inilah yang membuat anak tidak berdaya saat diancam untuk tidak memberitahukan apa yang telah dialaminya, sehingga anak memang belum dapat melindungi dirinya sendiri dari berbagai situasi berbahaya.

Dampak yang ditimbulkan dari tindak kekerasan pada anak juga cukup serius. Selain dampak fisik, dampak psikologis dan emosi juga disebabkan oleh kekerasan seksual pada anak. Dampak negatif dari kekerasan seksual pada anak yang mencakup gangguan mental, permasalahan fisik dan sosial seperti depresi, kecemasan, permasalahan perilaku, penyalahgunaan obat-obatan, penyakit seksual dan hubungan interpersonal. Dampak psikologis dan emosional justru akan memerlukan waktu pemulihan yang lebih lama dibandingkan dengan pemulihan akibat gangguan fisik. Dampak tersebut akan dapat  menimbulkan efek jangka panjang yang akan memengaruhi dan membekas pada pribadi anak ketika tumbuh dewasa.

Mengingat maraknya jumlah kasus kekerasan seksual pada anak begitu serius dampak yang akan diderita anak sebagai korban, maka diperlukan upaya pencegahan terjadinya kekerasan seksual pada anak. Generasi muda merupakan tonggak perubahan yang diharapkan dapat membantu memecahkan permasalahan-permasalahan tersebut. Dengan rasa kepeduliannya kepada anak-anak, maka mereka melalui kegiatan komunitas Abhiseva mencanangkan pendidikan seks untuk anak-anak berbasis masyarakat dan sekolah serta merangkul orangtua agar mampu dan mau memberikan pendidikan seks yang tepat untuk anak-anak mereka.

Komunitas Abhiseva merupakan komunitas yang bergerak dalam upaya pencegahan kekerasan seksual pada anak dengan memberikan pendidikan seks pada anak, memberikan pendidikan kepada orangtua dan guru bagaimana cara memberikan pendidikan seks untuk anak, serta memberikan pendidikan kepada masyarakat akan adanya hak-hak anak untuk bebas dari segala bentuk kekerasan, termasuk kekerasan seksual. Materi yang diajarkan kepada anak adalah pengenalan kepemilikan tubuh, pengenalan nama-nama anggota tubuh, pengidentifikasian berbagai area tubuh (privat dan non privat), memahami berbagai sentuhan (sentuhan pantas dan tidak pantas), kemampuan merespon dengan emosi yang tepat terhadap sentuhan tidak pantas, kemampuan menyelamatkan diri, serta penekanan akan keterbukaan anak. Di sisi lain, strategi yang digunakan untuk mengajarkan materi tersebut disesuaikan dengan usia serta karaktersitik anak yaitu dengan melibatkan video edukasi, lagu, pemetaan tubuh, stroy telling, diskusi, serta kegiatan seni. Dengan berbagai strategi tersebut, anak diharapkan dapat melindungi dirinya sendiri dari berbagai kekerasan seksual yang mungkin sewaktu-waktu dapat menimpa dirinya.

Masyarakat juga turut diberikan edukasi mengenai hak-hak anak bahwa anak bebas dari kekerasan dalam pertumbuhan dan perkembangannya sehingga lingkungan masyarakat menjadi lingkungan yang mendukung. Begitu pula dengan orangtua dan guru, mereka dirangkul demi keberhasilan program, di mana mereka diberikan pemahaman melalui waorkshop maupun sharing session mengenai bagaimana pendidikan seks yang tepat untuk anak. Meskipun seks masih dianggap tabu oleh sebagian orangtua, namun Abhiseva optimis dengan menggunakan berbagai strategi serta menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidang seksualitas anak. Diharapkan pendidikan seks yang tepat tidak hanya diperoleh anak selama mengikuti program, tetapi lebih dari itu, mereka akan mendapatkan pendidikan juga ketika di rumah dan di sekolah.

 

Eka Oktavianingsih, S.Pd

Founder Komunitas Abhiseva

 

Step by Step Perjalanan Tesis (dari Seminar Proposal sampai Ambil Data di Lapangan) Universitas Negeri Yogyakarta

Hello hi hello hi hello hi. Kali ini aku akan sedikit mengupas mengulas semoga tuntas lika liku perjalanan tesis sebagai syarat meraih gelar Master, cieieleh master. Master pendidikan ya bukan master chef apalagi master Limbad wkwkw. (garing)

Nah kebetulan karena aku juga mahasiswa pasca (belum tua tapi) yang juga baru menikmati proses tesis, maka aku akan bercerita panjang kali lebar kali tinggi tentang tesis, khususnya yang menimba ilmunya di Universitas negeri Yogyakarta. Daripada kebanyakan ngarang, lebih baik simak yuk, cus cekidot.

Akhir perkuliahan semester 2, sekitar bulan April, dosen koordinator prodi biasanya akan meminta mahasiswa semester 2 untuk mengajukan 3 judul tesis dan dua nama dosen pembimbing. Judul tesis yang diajukan tsb terdiri dari 3 jenis penelitian yang berbeda, misal satu judul untuk RnD, satu judul untuk kuantitatif, dan satu judul untuk kualitatif. Pengumpulan pengajuan tsb dilakukan secara kolektif setiap kelas. Selang sebulan-dua bulan, kaprodi akan memberikan pemberitahuan ke mahasiswanya untuk mengambil SK dari direktiur PPS UNY tentang judul tesis dan nama pembimbing yang disetujui pihak pasca dan prodi.

Nah setelah tau, judul apa yang di ACC, langkah apa yang akan kita lakukan? Berhubung dulu angkatan saya tahun 2016 mendapat pengumuman sekitar awal semester 3, kami ketika itu melakukan bimbingan pertama setelah ada SK tersebut. Di semester 3, akan ada mata kuliah proposal tesis yang mengharuskan kita mempresentasikan bab 1-3 proposal tesis kita di depan teman sekelas, dosbing, dan dosen pengampu matkul seminar. Pada semester 2, kita sudah ada matkul penulisan proposal tesis, tapi pas semester 2 judul dan proposal yang kita buat belum di ACC dan baru di ACC pas semester 3. Beruntung mahasiswa yang dari matkul penulisan proposal ke seminar judulnya tetap, banyak diantaranya judulnya harus berganti. Tetapi topik dan scopenya masih sama ya guys.

tesis

Nah, aku akan memaparkan sedikit hal tentang semprop di semeter 3. Di setiap perkuliahan tatap muka harus ada setidaknya dua mahasiswa yang presentasi proposalnya. Karena kita baru tahu dosbing dan acc judul awal semester 3, bisa dibayangkan satu kelas bahkan satu angkatan belum prepare sama sekali. Nah apa boleh buat, urutan maju pun kami undi. Dan setidaknya pas kita maju presentasi, judul kita sudah fix meskipun bab 1-3 masih perlu diubah sana sini. Di sini tantangan dan nikmatnya menjadi mahasiswa s2.

Selama satu semester kita habiskan untuk memprepare proposal bab 1-3 ditambah rancangan instrumen. Nah sedikit informasi ya guys. Seminar proposal juga mengharuskan kita mengurus ke akademik. Hal yang perlu kita siapkan sebelum semprop adalah sbg berikut:

  1. Siapkan naskah proposal bab 1-3 dan instrumen rangkap 3 (satu buat dosbing, satu buat dosen pengampu, dan satu buat kita) dijilid soft cover warna merah maroon.
  2. Jangan lupa disertai lembar persetujuan dari dosen pembimbing skripsi.
  3. Membawa naskan proposal ke bagian akademik (bassemen pasca baru) kemudian nanti stiap naskah akan ditambahkan undangan dan form penilaian.
  4. Membawa naskah+undangan dan antarkan ke semua dosen terkait.
  5. Hal tersebut dilakukan paling tidak seminggu sebelum jadwal semprop kalian terlaksana ya guys.

Semprop pun must go on. Ketika itu dua orang mahasiswa akan mempresentasikan proposalnya. Akan ada moderator yang akan membantu mengkoordinir jalannya semprop. Santai aja guys, semprop tidak seseram yang kalian pikirkan. Nah di situ nanti akan ada waktu buat mahasiswa menyampaikan proposalnya (mungkin sekitar masing2 20 menit) nah setelah itu nanti dosbing dan dosen pengampu akan memberikan masukan terkait proposal kita. Selanjutnya giliran mahasiswa lain yang akan memberikan masukan-masukan. Nah disitu juga akan ada notulen yang bertugas mencatat jalannya semprop, jadi kalian gak usah khawatir ketika lupa mencatat pertanyaan dan masukan dari orang lain.

Setelah semprop, bukan berarti leha-leha ya guys. Kalau kebagian maju urutan awal ya kita sehabis maju kudu tetep revisi dan bimbingan karena namanya proposal kan masih berproses. Nantinya di akhir semester juga hasil revisi akan dikumpulkan di dosen pendamping tesis. Setelah dikumpulkan ke dosen pengampu mata kuliah semprop itu berarti semster 3 mu sudah selesai. Perjuangan tesis sebenarnya dimulai dari sini.

Untuk temen-temen yang udah yakin dengan judul dan proposalnya yang sudah diseminarkan, saatnya kalian intens bimbingan ke dosbing. Mulai difixkan lagi bab 1-3 kalian, kalau yang RnD ya mulai mengembangkan prototipe produk yang kalian kembangkan. Kalau yang kuantitatif ya mulai menyusun instrumen yang bener-bener baik (bukan asal-asalan copas kek pas semprop) hehehe. Nah sehabis UAS semester 3, saatnya kalian validasi ke dosen ahli. Begini alur validasi (instrumen, media, materi) ke dosen yang ahli.

  1. Cari tahu bidang keahlian dosen yang akan kita jadikan ahli. Misal saya mau mengembangkan buku panduan untuk guru PAUD, nah saya harus mencari ahli media yang tahu soal pengembangan buku dan tahu tentang PAUD. Bisa sercing di website staff uny.
  2. Setelah menentukan dosen ahli untuk validasi. Langkah selanjutnya adalah menemui secara langsung dosen ahli untuk meminta kesediaan beliau. Ada baiknya kita janjian terlebih dahulu dengan menghubungi lewat sms atau wa. Semangat untuk menunggu.
  3. Setelah bertemu dengan dosen ahli, perkenalkan diri, judul tesis, dan posisi dosen ahli nantinya bagaimana. Jika dosen tidak bersedia (sibuk, atau kurang expert di bidangnya) kita harus mencari dosen lain yang ahli dengan apa yang akan kita validasikan.
  4. JIka beliau bersedia, maka langkah selanjutnya adalah membuat surat permohonan validasi. Pembuatan surat validasi dilayani oleh PPS di lantai 3 gedung baru dengan mengisi form dan mengumpulkan instrumen/media kepada petugas. Proses pembuatan surat permohonan berkisar 3 hari. Di sini kita mahasiswa s2 mendapat jatah dua dosen validator dari pasca, namun jika kalian ingin menambah validator, kalian harus membayar biaya sendiri ya, yaitu sebesar Rp. 150.000,- per dosen.
  5. Setelah surat sudah beres, langkah selanjutnya adalah pergi menemui dosen ahli dengan membawa surat permohonan dan instrumen atau media yang ingin divalidasi. Di sini selain memberikan penilaian, terkadang dosen ahli juga memberikan saran-saran atau membimbing kita. Jadi kita perlu sabar ya guys. Tidak semua dosen langsung berkenan untuk menilai instrumen atau media kita. Ada dari beliau yang memang bener-bener expert yang memberikan arahan berkali-kali sebelum mengisi penilaian validassi. Apapun itu, di sini kesabaran kita diuji sangat.
  6. Nah setelah dosen ahli memberikan penilaian dan mengisi surat keterangan validasi dari pasca, kita harus mengcopy surat permohonan dan surat keterangan validasi terlebih dahulu. Berkas tersebut digunakan untuk laporan ke pihak keuangan pasca, kalian tinggal ngumpulin berkas aja kalau memang hanya menggunakan dua dosen ahli. Akan tetapi jika menggunakan tambahan dosen ahli, maka siapkan uang 150.000- untuk tiap dosen dan siapkan amplop, nanti pihak keuangan akan membuatkan invoice dan kita diminta untuk menyerahkan ke dosen ahli tambahan.
  7. Jika sudah beres semuanya, langkah selanjutnya adalah menyiapkan pengambilan data di lapangan.

Setelah dinyatakan valid, baik instrumen maupun media, tiba saatnya kita melaporkan ke dosbing dan meminta arahan tentang pengambilan data di lapangan. Diskusikan sedetail detailnya bagaimana nantinya teknis di lapangan untuk meminimalisir kebingungan saat pengambilan data. Baca kembali bab 3 dan buku acuan yang mendukung metode penelitian kita. Setelah yakin dan mantap,saatnya mengurus izin penelitian. Berikut langkah-langkah izin penelitian untuk wilayah Bantul. (karena aku ambil datanya di bantul, maka aku share nya juga bantul projotamansari yah)

  1. Buat surat izin penelitian di bagian akademik (basemen pasca baru). Tulis tujuan surat adalah kepala Bappeda Bantul dengan alamat Jalan Mongisidi. Tulis tempat penelitian dan subyek penelitian sesuaikan dengan penelitian kita. Surat akan diproses selama tiga hari.
  2. Selama menunggu proses tersebut, kita bisa siapkan berkas proposal yang sudah di tanda tangani oleh dosbing dan pak asdir. Setelah proposal disetujui oleh dosbing, kita bawa ke lantai 3 (pasca baru) dan minta ttd pak asdir dengan melampirkan proposal lengkap, krs, dan kuitansi pembayaran. Jika mahasiswa merupakan penerima beasiswa, mintalah surat keterangan dari keuangan lantai 1. Proses pengesahan proposal ini memakan waktu satu hari.
  3. Jika surat izin dan proposal sudah siap, langkah selanjutnya adalah membuat surat izin ke Bappeda Bantul. Sesampai di sana jangan lupa sertakan fc ktp. Tunggu beberapa saat, seteah itu nanti petugas akan menginformasikan ada berapa surat tembusan yang kita terima, nanti kita juga diminta beli amplop sebanyak tembusan dan amplop itu dicap oleh bappeda. Setelah selesai, saatnya mengedarkan tembusan surat.
  4. Setelah tembusan surat diedarkan, surat untuk subyek juga perlu diberikan sebelum kita mengambil data,jelaskan pula secara sederhana tujuan dan maksud penelitian kita dan jangka waktunya.
  5. Nah sudah siap ambil data.

Proses pengambilan data di lapangan untuk penelitian sosial memang tidaklah mudah. Subyek kita adalah manusia dimana mereka memiliki beragam karakteristik, mulai dari yang sangat kooperatif hingga sangat apatis. Di sini lagi-lagi mental peneliti diuji. Berikut tips-tips yang bisa saya berikan untuk teman-teman yang menggunakan sampel guru (Taman Kanak-kanak):

  1. Berbusana yang rapi dan sopan, jika perlu menggunakan jas almamater untuk menghindari persepsi guru terhadap kita (ndak dikira sales atau pelamar kerja, wkwkw).
  2. Datanglah di waktu KBM (kegiatan pembelajaran) selesai. Kalau di TK ya sekitar pukul 10.00 WIB. Jangan sekali-kali datang pagi, karena tugas guru utamanya adalah mengajar ya, bukan diskusi dengan kita wkwkwkw.
  3. Awali dengan senyum, sapa, dan salam. Usahakan gesture kita juga sopan dan tidak terkesan sombong. Jika sudah dipersilahkan duduk, baru kita memperkenalkan diri. Setelah memperkenalkan diri, sampaikan niat peneliti secara sederhana saja. Misal jika kalian ingin mengujicoba produk dan melakukan pretest postest, coba yakinkan ke guru bahwa test tsb bukan untuk mengevaluasi mereka, melainkan untuk melihat apakah produk kalian efektif tidak dipakai guru. Hal tsb untuk menghindari ketidak percayadirian guru dalam mengisi angket atau tes. Jangan lupa berikan surat izin dari Bappeda tadi.
  4. Setelah menyampaikan tujuan penelitian kita, kita bisa membuat kesepakatan kapan penelitian akan dilaksanakan. Sesuaikan dengan kesediaan guru ya, jangan sekali-kali memaksa. Insyaallah guru akan membantu kita. Namun jika kalian menemui guru yang dari awal sudah tidak ingin berpartisipasi, kalian perlu menjelaskan ulang dengan menjadikan surat izin sebagai kekuatan bahwa penelitian ini perlu dilakukan di sekolah tersebut. Namun jika hal tersebut masih tidak mempan, maka lebih baik mengganti sampel yang lebih kooperatif.
  5. Jalankan penelitian sesuai dengan kesepakatan. Jika sudah selesai, jangan lupa untuk memberikan kenang-kenangan dan mengucapkan terimakasih. Kalian juga perlu berkata jika sewaktu-waktu kita masih perlu bantuan, kita akan ke sekolah itu kembali.

Nah itu dulu mungkin yang bisa aku sampaikan ke kalian perjalanan tesis sampai ambil data, karena sekarang aku masih mengolah data dan mempersiapkan publikasi jurnal. Insyaallah jika Allah menghendaki, secepatnya akan sidang tesis. Nanti prosedur sampai ke yudisium akan kushare as soon as possible. Sukses untuk kalian semua, dan jangan menyerah untuk menuntaskan tugas akhir kalian, kalau nggak sekarang, kapan lagi? Mau keburu DO? Sayang udah ngeluarin dana banyak, hehe

Salam,

Mahasiswa pejuang tesis dan publikasi jurnal.

 

Visiting Odyssey Global Preschool Singapore

23rd August 2017
Today we plan to visit the one of preschool in Singapore called Odyssey. We have applied to Odyssey since three months ago. It was not easy to persuade preschool in Singapore that we will observe and discuss about early childhood education with them. Unfortunately, nothing impossible. They gave us confirmation that we can learn in Oddyssey although we are not permitted to take any pictures in that.

About 9.30 a.m we arrive in Odyssey preschool. From looking the building, I feel that the facilities are very luxurious. In the outdoor, there are a wide playground with many play tools and a white sand pool. The building seems like a hotel with the elegant architecture. Before entering the school, we have to follow the rules. Our temperature must be checked by the staff, if it is okay, we could enter the room. After that, we have to wash our hand, and follow the staff. We are invited to the second floor that it is like a library room. When we follow the staff, we also pass many classrooms that are very good in arrangement. It is like a “dream school” that is in many theoritical books. Now, I look directly and too quickly.

In the library, there are five staffs who will acompany us to take round the school. They introduce theirselves one by one, and also introduce the director of Odyssey preschool. The also remind us about the rules during the tour. They divide us to four groups, and every group is accompanied by one staff. I and my friends follow the staff named Ms. Sun Shi Juan. Firstly, we visit the nursery classroom. In there, Ms. Juan ask to me what the parts of classroom that we want to know. I say that we want to know about the learning materials, a learning style, and the classroom management. Then Ms. Juan explain every area in that class such as light area, literacy area, inquiry area, book area, numeracy area, chinese area, and IT area. She explain that in inquiry area, there are many process that involve children to present their curiosity and their thinking. There are many questions from children before the inquiry activity is done. The example of inquiry activities is experiment about affloat and sink. In that area, there are many materials such as aquarium, water, and many objects that will be tried to the experiment. In the book area, there are many books and the area is designed very comfortable for children with pillows and dolls. The light area is adapted from Reggio Emilia approach with the complete properties like an OHP, transparent pictures, clothes designed like a cave, and wayang. Children can explore and play with shadows shaped from the activity. The literacy area seems like a preparation for children to recognize the letter. The activities include imitating letter form with threads, writing, and drawing. A numeracy area is completed with many toys that related to numbering, counting, and clasification. A chinese area include some materials that stimulate children to know about chinese culture, chinese language, and chinese letter. In every class, there are three teachers, they are the curiculum planner, main teacher, and chinese teacher.

Then we move to the next classroom, K-1 clasroom (kindergarten 1) for children who are 5-6 years old. Generally, every classroom have the same areas, but the goals of the learning are different. It is based on DAP and the needs of children. I am interested in the IT learning in that classroom. In every class, there are a computer with the high performance (apple) and the LCD. Ms Juan explains that sometimes teacher uses the computer to display the videos or pictures related to the topic in the learning activities.She also tell that parents can also use their gadget to monitor the children’s activities and their progression. There is an application that parents can access to know how their children’s assesments. Teachers always update children’s information in the application. Parents also can monitor children’s activities from the CCTV that can be accessed by their mobile phone and gadget in the lobby of the preschool. The another attractive thing is in every classroom there is a map displaying the children’s origins and children’s families.

Ms Juan invites us to go to the first floor. In the walls, there were many paintings made by children. They display that with the big piguras. We are invited to see the playground. Ms Juan explains that Odyssey is the preschool having the wider playground. She also say that the price of land in Singapore is too expensive. After that, we obtain opportunities to look the fine room which is very funtastic. In there, there are many music instruments, such as drums and traditional music from China. Not only music, but also there are many art tools like sculptures, chisels, and many tints.

Finally, all of groups gather in the fine room. Ms Juan and her friends then give us feedback about our tour and offer us to give the question. Without wasting the opportunity, I directly ask about how parents to be involve in the school activities. They ask that there are many spaces giving parents involvement, such as parenting, teacher’s guest, and in assesment process.

Eka Oktavianingsih (Postgraduated Student in Department of Early Childhood Education, Yogyakarta State University)

Belajar Bersama di Zulfa Kindergarten, Choa Chu Kang Singapore

22 Agustus 2017

Kunjungan pertama yaitu kunjungan ke Zulfa Kindergarten. Sekolah ini memiliki 4 cabang di Singapura, antara lain berada di Choa Chu Kang, Sembawang, Pasir Ris, dan Jurong West. Zulfa memiliki dua program utama yaitu program pendidikan anak usia dini dan program enrichment yang disebut dengan madrasah.

IMG-20170822-WA0113

Program pendidikan anak usia dini di Zulfa Kindergarten memberikan pelayanan pendidikan kepada anak usia 3 sampai 8 tahun  yang dibedakan menjadi 4 kelompok usia, antara lain: prenursery group (usia 3-4 tahun), nursery group (usia 4-5 tahun), kindergarten 1 (usia >5 tahun), dan kindergarten 2 (usia > 6 tahun). Materi dan prinsip pembelajaran dalam setiap kelompok usia juga berbeda-beda, meskipun aspek pengembangannya sama, yaitu literasi, IT, sains, motorik, social emotional, language dan art. Prinsip pembelajaran untuk kelompok prenursery lebih kepada pengembangan social skill dan social interaction dengan berbasis pada kegiatan bermain, begitu pula dengan nursery yang masih menonjolkan pengembangan kemampuan social emotional. Berbeda dengan presnursey dan nursery, pada kelompok kindergarten 1 pembelajaran lebih diarahkan kepada persiapan numeracy dan literacy, sedangkan pada tingkatan kindergarten 2, anak sudah belajar mengeja (spelling) dan phoenix.

Program-program di Zulfa Kindergarten terbagi menjadi dua, yaitu program tahunan dan program semesteran. Untuk program tahunan terdiri dari haflah, family day, sports day, dan graduation day. Program semester terdiri dari our signature event (OSE), center performance, dan curriculum event. Dalam satu tahun, Zulfa Kindergarten membagi menjadi dua semester, dengan menentuka 4 tema pembelajaran. Tema pembelajaran meliputi tubuh dan diriku (body and ourselves), kendaraan (vehicles), pekerjaan (profession), dan binatang (animals). Masing-masing tema juga memiliki kekhasan jenis kegiatan pembelajaran, misalnya untuk tema kendaraan, kegiatan dapat berupa field trip ke museum maupun tempat-tempat umum.

Penilaian atau assesmen yang digunakan di Zulfa Kindergarten mencakup portofolio selama satu semester yang mencakup semua domain perkembangan anak, lesson plan yang menerapkan berbagai pendekatan dan materials, serta menggunakan workbook dan expression book.

IMG-20170822-WA0109

Kurikulum Zulfa Kindergarten disusun oleh tim tersendiri yang berasal dari perwakilan keempat cabang Zulfa. Meskipun Zulfa kindergarten tergolong PAUD swasta, tetapi mereka tetap mempertimbangkan aturan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Setiap tahun, supervisor dari Ministry of Education akan memeriksa pembelajaran di Zulfa.

Pemuda: Sebuah Refleksi

Pemuda merupakan generasi penerus kemajuan baik bagi lingkungan keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan negara. Sudah sepantasnya pemuda memiliki tekad yang bulat, semangat yang membara dalam mewujudkan kemajuan tersebut, salah satunya melalui proses pendidikan.

Pemuda hendaknya mengenyam pendidikan setinggi-tingginya agar memiliki wawasan dan pengetahuan yang mumpuni sehingga dapat mewujudkan cita-cita terutama kemajuan lingkungan terdekatnya. Tak terkecuali pemuda-pemudi di lingkungan Desa Gadingharjo yang sebagian besar telah memiliki kesadaran tinggi untuk terus melanjutkan pendidikan setinggi mungkin. Ironisnya, di sisi lain, masih banyak pula pemuda yang tidak dapat melanjutkan ke SMA maupun Perguruan Tinggi dan bahkan putus sekolah. Faktor penyebab mereka tak bisa melanjutkan sekolah pun terbilang banyak, mulai dari motivasi diri yang rendah hingga tuntutan ekonomi yang semakin hari kian pelik.

Pemuda yang putus sekolah biasanya mereka bekerja serabutan, ada yang menjadi buruh tani, kuli bangunan, hingga pekerja tambang pasir. Pekerjaan terakhir ini yang perlu digaris bawahi, kenapa? Karena pekerjaan tersebut memiliki sisi pro dan kontra yang menyebabkan dilematis berbagai pemangku kebijakan. Desa Gadingharjo sendiri memiliki lahan pasir yang dulunya sangat luas. Namun sekarang, dengan bertambahnya jumlah pertambangan tiap harinya, pasir kian menipis dan permukaan menjadi landai. Telah ada pelarangan dari birokrat perihal tersebut, namun masyarakat yang terlibat dalam kegiatan tersebut, termasuk pemuda masih mengindahkan larangan itu. Ini menyangkut persoalan tentang perut, siapa yang dapat mencegahnya. “Kami butuh makan, hidup, dan penghidupan yang layak.” Begitulah alasan mereka, sungguh dilematis dan terkesan sulit untuk mencari solusinya.

Namun, bukannya tidak ada solusi untuk itu. Kita tahu bahwa daerah kita memang rawan bencana tsunami dan pasir satu-satunya benteng pertahanan jika bencana itu datang. Entah, yang terpenting memang sementara ini uang, bukan dampak jangka panjang. Solusi bisa saja diberikan, asal ada pihak yang bisa memperkerjakan pekerja tambang pasir ke dalam pekerjaan yang lebih layak dengan upah yang lebih dari Rp. 200.000,00 per hari sesuai dengan pendapatan tambang pasir. Tidak ada yang bisa menjamin mereka. Namun, jika kuantitas upah yang tak ada patokan sebesar itu, mungkin banyak pekerjaan lain yang lebih bertanggungjawab dan tidak merugikan aset negara dan orang lain. Terutama pemuda, mereka dapat dibekali berbagai keterampilan yang linier dengan kebutuhan masyarakat saat ini, misalnya berkaitan dengan otomotif, peternakan, pertanian alternatif dan lain sebagainya. Selain dibekali keterampilan yang relevan, mereka juga perlu diberikan modal serta pendampingan usaha. Apabila mereka telah mandiri dan dapat mengelola usahanya sendiri, pembinaan bisa dihilangkan. Semoga saja pihak-pihak memiliki kewenangan tersebut segera memberikan solusi agat peran pemuda benar-benar memberikan kemajuan bagi lingkungannya, bukan membawa lingkungan menjadi lebih buruk dari sebelumnya.

Salam Pemuda!!!!

1st Conference in Malaysia

Bagian III
22 November 2017
Bangun pagi-pagi dan kami sudah bersiap untuk pergi ke IOI hotel di Putrajaya. Hari sebelumnya ketika kami pulang dari hotel, kami sudah memesan uber untuk digunakan pagi ini. Sekitar 20 menitan kami menunggu dan menghubungi supir uber, namun mobil terjebak macet. Agak dilematis, dan nggak enak, kami memilih untuk memesan uber lagi. Sekitar 20 menit kemudian, uber yang kami pesan akhirnya datang.
Setelah membayar 17RM, kami kemudian turun dan agak tergesa-gesa karena memang Panel Session pagi ini sudah dimulai. Aku pun kemudian memasuki ruangan dan mempersiapkan presentasi. Ketika itu, aku mendapat urutan terakhir di panel ku. Hatipun seakan belum tenang dan panik ketika menunggu giliran untuk tampil.
Di tengah-tengah Panel Session, ketika itu Dosen India mempresentasikan tentang metode berhitung (bisa dibilang mirip Jarimatika), dan dengan bahasa Inggris, beliau memintaku untuk maju ke depan. Aku diminta memeragakan apa yang beliau maksud. Sedikit mengurangi kepanikanku sebelum tampil.

img20161122092540
Tiba giliran aku harus tampil. Dengan sedikit canggung, aku maju ke depan, dan menaiki mimbar. Dengan kemampuan speaking pas-pasan aku menjelaskan tentang research plan ku yang membahas tentang Produktivitas Pembicaraan di Kelas pada PAUD dihubungkan dengan kemampuan berbicara anak di PAUD tradisional dan alternatif. Dengan berusaha tetap fokus, aku memaparkan apa yang udah kupelajari dan kusiapkan semalam. Belum sampai ke kesimpulan, moderator sudah memukul gelas dengan pensil, yang menandakan bahwa waktu presentasiku telah habis.

img20161122095948
Sebelum ke sesi discussion kami coffe break terlebih dahulu. Kami masih berantusias mengajak sebanyak-banyak presenter untuk ngobrol mengasah kemampuan speaking dan listening kami.
Sesi discussion kali ini, kami dibagi secara acak. Setiap grup menempati round tabel dan dipimpin oleh satu promotor. Ketika itu, Dr. Keith dari Griffith University Australia menjadi promotor di kelompok kami. Kami memulai diskusi secara bergantian dengan memaparkan garis besar riset kami. Jadi setiap riset diberikan masukan dari semua presenter dan kemudian promotor juga memberi masukan sekaligus meluruskan. Ketika itu aku mendapatkan masukan langsung dari Dr. Keith. Karena beliau ngomongnya too fast, akunya takut gagal paham, makanya suara beliau aku rekam make handphone biar suatu saat bisa kudengerin lagi. Masukan dan pertanyaan beliau berusaha aku jawab dan aku tanggapi.

img_20161122_160254

Foto Bersama Dr. Keith

Setelah semua presenter mendapatkan masukan untuk papernya, maka sesi selanjutnya yaitu penutupan. Pada acara closing tersebut, para presenter mengungkapkan kesan, pesan, dan harapannya. Ketika itu, salah satu Professor dari Jepang kagum akan semangat dari teman-teman Pascasarjana UNY, hingga beliau memanggil salah satu teman kami untuk maju memberikan kesan dan pesan tentang conference. Setelah acara resmi ditutup, kami kemudian kembali ke hotel untuk beristirahat. Lagi-lagi kami memakai uber dengan tarif yang sama ketika berangkat, yaitu 17RM.

23 November 2017
Pagi ini kami berencana untuk mencari oleh-oleh lagi. Kami bermaksud pergi ke Petaling Street, setelah sebelumnya gagal kesana karena ada demo besar-besaran. Oh iya, hari ini teman sekamar kami (1 orang) akan pulang duluan ke Indonesia, dan tinggal aku sama Mbak Harsi. Jadi kami bantu-bantu bawaannya mbak Atik. Setelah memesan uber untuk ke stasiun Serdang (6RM), kami kemudian membeli tiket komuter tujuan KL Sentral (3RM). Sekitar 45 menit, kami menunggu komuter datang. Lumayan panas cuacanya saat itu. Setelah komuter datang, kami segera antri untuk masuk dan akhirnya mendapat tempat duduk dan mendapat hawa dingin.
Sesampai di KL sentral, kami kemudian mencari makan di foodcourt. Kami membeli nasi goreng ikan masin (7RM) yang rasanya uasiiiiiiiin banget. Setelah itu, kami kemudian mengantar mbak Atik untuk membeli tiket bus tujuan KLIA2.

img_20161123_224351
Tinggal aku dan Mbak Harsi, kami melanjutkan ke Petaling Street dengan menggunakan LRT Kelana Jaya tujuan Pasar Seni dengan membayar 2 RM. Sesampai di stasiun pasar seni, kami disambut hujan yang lumayan. Dengan bermodal payung, kami jalan kaki menuju Petaling Street. Di sana kami kemudian membeli berbagai oleh-oleh diantaranya: 4 bungkus sereal (@10RM), cokelat(@17RM), gantungan kunci (@6RM), 2 miniatur petronas (6RM), 3 kaos oblong (@10RM), teh tarik (@17RM) dan jajanan gurih-gurih (@10RM). Setelah belanja, kami pun kemudian tertarik membeli minuman yang namanya unik, yaitu air mata kucing. Dengan 2 RM, kesegaran air mata kucing bisa dinikmati. Rasanya seperti es gula jawa, tetapi ada ampas yang mirip leci.

img20161123170036
Kamipun kembali jalan-jalan dan agak tergoda dengan tas kulit yang didisplay di ruko di sepanjang jalan Petaling. Kami melihat-lihat, dan akhirnyaaaaaaaa tertarik membeli. Dengan sisa-sisa uang yang masih di dompet, hihi aku dan mbak Harsi membeli tas kulit ransel seharga 35RM. Gak mahal-mahal amatlah kalo dirupiahin,hehe

img_20161123_201400
Muter-muter sampai gempor, dan akhirnya kita nyerah dan memutuskan untuk kembali ke hotel. Dengan berganti-ganti transportasi,mulai LRT dari Pasar Seni ke KL Sentral (2RM), kemudian berganti komuter (3RM), dan terakhir dengan uber (6RM).
Malam ini kami packing-packing karena aku sendiri besok siang jam 13.00 take off dari bandara KLIA. Tidak ingin telat, dan agak sedikit panik, aku pun kemudian memutuskan tidur.

img20161123145754
24 November 2017
Pagi ini, sekitar pukul 07.00, aku dan mbak Harsi sudah cek out dari hotel. Setelah cek out, kami mencari uber untuk mengantar kami ke stasiun Serdang. Sampai di sana, kami kemudian naik komuter menuju KL Sentral. Di KL Sentral, aku dan Mbak harsi berpisah. Mbak harsi yang melanjutkan perjalanannya ke tempat saudaranya, karena dia pulangnya baru besok, sedangkan aku, dengan memberanikan diri keluar dari KL Sentral menuju loket penjualan tiket bus. Dengan membawa koper, tas ransel, bantal, dan plastik bawaan, aku turun ke loket dan membeli tiket tujuan KLIA. Dengan membayar 10 RM aku mendapatkan tiket bus. Sekitar 5 menit busnya datang, dan koperku dimasukkan ke bagasi, sedangkan aku masuk bus.

img20161123154004
Perjalanan pertamaku sendiri di negeri orang. Sepanjang jalan menuju bandara KLIA, aku ngantuk dan tertidur. Sejam kemudian, kami sudah sampai di Bandara KLIA. Bandara yang super besar yang agak ribet juga mencari departure terminal. Dengan tanya ke police akhirnya sampai di depan check in lion. Namun, karena aku yang kepagian kala itu, counternya baru akan buka pukul 10.00, artinya dua jam lagi aku harus menunggu. Akhirnya aku jalan-jalan dulu mencari makanan pengganjal perut. Sepotong roti dan pop mie (8RM) dari Eleven aku makan sembari menunggu counter check in buka.

Dua jam kemudian, counter check in sudah buka, dan aku mulai memasukkan koperku dalam bagasi. Ketika antre, aku juga ketemu sama rombongan dosen UNY. Tetapi karena visiku kali ini aku ingin pergi sendiri, maka aku mendahului mereka. Tujuanku sih aku mau menguji diriku sendiri terlebih keberanian saat berpergian jauh.

Setelah koper masuk bagasi, aku kemudian ke bagian imigrasi dan mencari waiting room. Ketika menuju waiting room, yang menggunakan LRT, aku bertemu dengan sepasang kakek nenek dari Brasil yang merupakan penjelajah dunia. Sempat sedikit ngobrol sama mereka dan mempromosikan agar mereka mau berkunjung ke Indonesia. Aku juga sempat diperlihatkan foto-foto mereka saat keliling dari Afrika sampai Asia sepanjang 3 tahun terakhir. So romantic and amazing. Jadi baperrrrrrr.
Setelah keluar dari LRT, ternyata aku harus melewati semacam mall untuk sampai ke waiting room, terlalu besar nih bandara. Sampai di sana aku harus menunggu jam 11.00 untuk bisa masuk ke sana. Sebelumnya kami dicek oleh police terlebih dulu sebelum masuk ke sana.
Baru setelah masuk ke waiting room aku bertemu dengan teman-teman dari UNY yang menginap di hotel lain. Pukul 13.00, kami diminta memasuki pesawat. Perjalanan kali ini membutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk tujuan Bandara Soekarno Hatta, karena harus transit dulu.
Dua jam di pesawat singa ini, penuh rasa tegang karena berkali-kali pilot menyatakan bahwa kami terkena cuaca buruk, namun dengan izin Allah, kami mendarat dengan sempurna di Bandara Soekarno-Hatta.
Keluar dari pesawat, aku kemudian mencari koper, namun tak disangka bagian penariknya patah, akhirnya aku harus menggotong koperku kemana-mana. Aku kemudian ke bagian baggage claim untuk melaporkan hal ini, namun birokrasi yang ribet dengan menyatakan kalau laporan harus dilakukan di Bandara tujuan akhir yaitu Adi Sucipto jogja. Oke deh, aku pun kesal dan langsung memasukkan koperku ke bagasi tujuan Jogja. Aku kemudian mencari makan karena amat sangat lapar. Dengan menu khas Indonesia, nasi putih pulen, capcay, dan Nugget, perutku akhirnya terisi. Hehe.. Setelah makan di foodcourt bandara, aku kemudian check in dan menunggu jadwal take off pukul 19.00.

IMG20161124155522
Cuaca malam itu lumayan dingin dan gerimis. Setelah menaiki bus, aku kemudian memasuki pesawat. Dengan konndisi remang-remang, si singa take off dengan perlahan. Butuh perjalanan sekitar satu jam untuk sampai ke Jogja. Kuhabiskan perjalanan malam ini dengan melihat pemandangan indah dari dalam pesawat saat malam hari.
Sejam kemudian pesawat mulai menurunkan ketinggiannya dan akan mendarat. Ketika mendarat, cipratan air hujan mengenai jendela di sampingku. Aku agak panik. Kemudian perlahan pesawat menempatkan diri ke posisinya.
Setelah keluar dari pesawat, aku pun berlari untuk menghindari gerimis dengan menggendong tas ransel dan membawa belanjaan. Setelah menemukan koperku, kemudian aku melaporkan kerusakan koperku di pihak bandara. Sangat melelahkan dan akhirnya aku sudah menginjak Jogja. Alhamdulillah.
Hopefully, in other opportunities, I can go to other countries to expand my experiences. Not only academic experiences, but also life experiences. All of them are very precious for me. See you next year! 2017!!!!